Rabu, 29 Juli 2009
jasa orang tua
Waktu kamu berumur 2 tahun , dia mengajarimu bagaimana cara berjalan .
sebagai balasannya ... kamu kabur waktu dia memanggilmu
Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .. sebagai balasannya ... kamu buang piring berisi makananmu ke lantai
Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna ... sebagai balasannya .. kamu corat coret tembok rumah dan meja makan
Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mah al dan indah..sebagai balasannya ... kamu memakainya bermain di kubangan lumpur
Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah ... sebagai
balasannya ... kamu berteriak "NGGAK MAU ..!"
Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola ... sebagai balasannya .kamu melemparkan bola ke jendela tetangga
Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim ... sebagai dalasann ya ..kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu
Waktu kamu berumur 9 tahun , dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu .sebagai balasannya ... kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar
Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun .. sebagai balasannya ... kamu melompat
keluar mobil tanpa memberi salam
Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop .. sebagai balasannya ... kamu minta dia duduk di barisan lain
Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa ... sebagai balasannya ... kamu tunggu sampai dia keluar rumah
Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya .sebagai balasannya.. kamu bilang dia tidak tahu mode
Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .. sebagai balasannya ... kamu nggak pernah menelponnya.
Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu ...
sebagai balasannya ... kamu kunci pintu kamarmu
Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil ...sebagai balasannya ... kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa
mempedulikan kepentingannya
Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting .. sebagai balasannya ... kamu pakai telpon nonstop semalaman,
waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA.. sebagai balasannya ... kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi
Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu
ke kampus pada hari pertana ... sebagai balasannya ... kamu minta
diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen.
Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya "Darimana saja seharian ini?".. sebagai balasannya ... kamu menjawab "Ah, cerewe t amat sih, pengen tahu urusan orang."
Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu ... sebagai balasannya ... kamu bilang "Aku nggak mau
seperti kamu."
Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus
perguruan tinggi .. sebagai balasanmu ... kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri
Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah
barumu ... sebagai balasannya ... kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu
Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya
tentang rencana di masa depan ... sebagai balasannya .. kamu mengeluh
"Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."
Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu ..
sebagai balasannya ... kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat
bayimu ... sebagai balasannya ... kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."
Waktu kamu berumur 40 tahun , dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah
satu saudara dekatmu .. sebagai balasannya kamu jawab "Aku sibuk sekali,
nggak ada waktu."
Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu ... sebagai balasannya ... kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya
dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang ... dan tiba-tiba kamu
teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, ... dan itu menghantam
HATIMU bagaikan pukulan godam
MAKA ..
JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA .. BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORA NG TUAMU SUDAH TIADA ... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU
Subject: FW: i love u mother
I LOVE U MOTHER
Ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu dari Seorang anak
yang mendapatkan
ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur.
Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang
bertulis sesuatu. si
ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima
kertas yang
dihulurkan oleh si anak dan membacanya.
OngKos upah membantu ibu:
1) Membantu Pergi Ke Warung: Rp20.000
2) Menjaga adik Rp20.000
3) Membuang sampah Rp5.000
4) Membereskan Tempat Tidur Rp10.000
5) menyiram bunga Rp15.000
6) Menyapu Halaman Rp15.000
Jumlah : Rp85.000
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak
yang raut mukanya
berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis
sesuatu dibelakang
kertas yang sama.
1) OngKos mengandungmu selama 9bulan- GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu -GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu -GRATIS
4) OngKos Khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu
-GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan
keperluanmu -GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak
menatap wajah ibu,
memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu".Kemudian si
anak mengambil
pena dan menulis sesuatu didepan surat yang
ditulisnya: "Telah
Dibayar" .
Jika kamu menyayangi ibumu,"FORWARD" lah
Email ini kepada sahabat-sahabat anda.
1 orang :Kamu tidak sayang ibumu
2-4 orang :Kamu sayang ibumu
5-9 orang :Bagus! Ternyata Kamu Sayang juga Kepada
Ibumu
10/lebih : Waahhhh....Kamu akan disayangi Ibumu
dan juga semua orang...
KAMU SAYANG IBUMU????
Mother is the best super hero in the world.
Henry888jr
September 06, 2007, 09:03
Jangan Lari Dari Diri Sendiri
oleh: YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera
Lebih dari 2530 tahun yang lalu, kurang lebih 600 tahun sebelum Masehi, ketika banyak negara di dunia ini belum beradab, saat teknologi sama sekali belum maju seperti sekarang; Petapa Gautama dengan kekuatan sendiri, mancari, berjuang, mempertaruhkan hidupnya, hingga tercapai Penerangan Sempurna. Perjuangan itu semata-mata didorong keagungan rasa kemanusiaan Beliau. Persoalan-persoalan penderitaan, kesengsaraan, kegagalan, menggerakkan nurani Beliau, untuk meninggalkan kedudukan sebagai putera mahkota, memilih menjadi Pengabdi Agung bagi dunia ini hingga hari ini.
Meskipun lebih dari 2500 tahun yang lalu, suara Manusia Luar Biasa, Sang Buddha Gautama itu masih terdengar, semakin terdengar, dan lebih jelas didengar. Mengapa demikian? Suara Beliau mungkin kurang menarik. Kurang menarik bagi sementara orang, karena Sang Buddha Gautama hadir di tengah-tengah kita dengan pertama sekali meminta kita untuk: Jangan mengingkari diri sendiri!
Salah satu kesulitan terbesar manusia adalah melihat kekurangan dan kesulitan dirinya sendiri. Berat, pahit, untuk melihat kekurangan diri sendiri. Kita ingin berpaling cepat, lari, dari segala macam kesulitan dan kegagalan. Dengan berbagai harapan berusaha menutupi segala macam persoalan-persoalan kehidupan ini. Dan memang, harapan adalah paling menyenangkan untuk menyembunyikan penderitaan.
Cukup berat ajakan Sang Buddha, tetapi ajakan Beliau yang berat itu adalah benar. Lihatlah kehidupan ini dengan wajar. Apa adanya. Lihatlah dengan segala kekurangan, dan penderitaannya. Dengan berpandangan demikian, kita tiak melihat kehidupan ini sebagai emas dan juga tidak hanya sebagai kotoran. Sulit melihat kenyataan, lebih-lebih kenyataan diri sendiri. Tetapi dengan mau melihat kenyataan akan membuat kita berpikir dewasa.
Berani melihat kenyataan dengan wajar, mengetahui sebab penderitaan, mengatasi sebab itu, untuk: Mewujudkan hidup harmoni dan bahagia; inilah pandangan Sang Buddha Gautama tentang kehidupan.
Tanpa pandangan yang benar tentang kehidupan ini, manusia sering melarikan diri dari kenyataan. Menutupi persoalan dengan mencari kenikmatan. Menghindari kesukaran dengan mengejar kesenangan. Ini bukan menyelesaikan persoalan, tetapi bahkan membuat penderitaan baru.
Saya ingin mengajak saudara, terutama kepada segenap umat Buddha, menjelang tibanya saat-saat Trisuci Waisak 2532 ini, untuk: Jangan lari dari diri sendiri! Kembalilah kepada diri sendiri seutuhnya. Dengan kembali kepada diri sendiri, akan melihat diri sendiri. Dengan melihat diri sendiri, maka akan menyadari kekurangan dirinya. Menyadari kekurangan dirinya membangkitkan semangat untuk membangun mencapai kehidupan sejahtera. Dan Sang Buddha Gautama menunjukkan dengan jelas ke arah mana kita harus bangkit membangun kehidupan ini, menuju kedamaian dan kebahagiaan yang utuh.
Sejak tercapainya Penerangan Sempurna pada purnama di bulan Waisak, Sang Buddha Gautama melihat hakikat Tuhan. Selama manusia tidak melihat hakikat Tuhan, tidak mungkin manusia bebas dari persoalan penderitaan.
Tuhan itulah Esa, Tidak Dilahirkan, Tidak tercipta, Tidak Menjelma, dan Mutlak. Hakikat tertinggi dari segala sesuatu. Tuhan adalah Asankhata Dhamma, bukan dukkha, bukan penderitaan, bukan kesengsaraan, bukan kelahiran kembali, bukan dewa, bukan semesta alam ini.
Karena tidak menyadari hakikat Tuhan, tidak melihat hakikat itu, manusia lahir kembali berulang-ulang. Berulang-ulang dalam penderitaan. Sehingga setiap mereka mengatasi persoalan-persoalan hidup tidak membawanya menuju Tuhan, tetapi malah menambah penderitaan dan persoalan-persoalan baru.
Tuhan adalah hakikat tertinggi, Tuhan adalah tujuan tertinggi. Dan, keyakinan ini adalah keyakinan yang harus hidup dalam sanubari setiap umat Buddha. Bukan keyakinan mati.
Keyakinan yang hidup adalah keyakinan yang membuat kita berani menghadapi kenyataan kehidupan ini. Keyakinan yang hidup membawa manusia tidak lari mengingkari dirinya sendiri. Keyakinan demikian membangkitkan semangat mengatasi kesulitan, menyelesaikan persoalan, menghancurkan penderitaan, memutuskan kelahiran penderitaan, memutuskan kelahiran kembali, dengan cara yang benar, dengan Jalan Dhamma; untuk: Mencapai kebahagiaan utuh.
Tanpa keyakinan yang hidup kita akan semakin jauh dari Jalan Dhamma. Saya ingin memberikan contoh-contoh bila seseorang menghadapi persoalan tidak dengan Jalan Dhamma. Misalnya: Anak nakal, dimaki-maki di depan umum; atau, anak nakal kemudian digebuki. Istri nakal langsung diceraikan. Suami khilaf langsung ditinggalkan. Karyawan salah, langsung dipecat, dan sebagainya, dan sebagainya. Cara-cara ini adalah bukan cara Dhamma. Mereka tidak berpijak di Jalan Dhamma. Menyelesaikan persoalan tidak dengan cara Dhamma, bukan menyelesaikan —tetapi sekali lagi —malah menambah kesulitan.
Jalan Dhamma menghendaki melihat setiap persoalan dan peristiwa dari berbagai faktor. Jalan Dhamma menghendaki mawas diri, mengendalikan diri, kasih dan pengabdian. Jalan Dhamma menghendaki kesungguhan, kejujuran, kesabaran, dan rela berkorban demi kesejahteraan bersama.
Jalan Dhamma telah ditunjukkan Sang Buddha Gautama. Jalan Buddha Gautama sendiri. Dengan mengikuti Jalan Dhamma seolah-olah kita bertemu dengan Sang Buddha meskipun Beliau telah mangkat lebih 25 abad yang lampau. Pada saat-saat terakhir menjelang mangkat, Beliau berpesan, bahwa Dhamma dan Vinaya yang telah Beliau tunjukkan itulah pengganti Beliau setelah Beliau tiada lagi. Mereka yang melihat Dhamma akan melihat Sang Buddha.
Jalan Dhamma masih utuh. Sang Buddha masih berada di tengah-tengah kita. Seorang Manusia Luar Biasa yang telah berjuang dan mengabdi dengan sempurna. Ajaran Beliau, Jalan Dhamma yang logika, yang menghargai semua kehidupan, kehidupan terkecil sekalipun; yang membimbing kita berpikir dewasa, bertanggung jawab atas kehidupan ini; yang mengajak kita untuk membuka diri melihat hidup dengan wajar; merupakan perwujudan kasih sayang dan kebijaksanaan agung Sang Buddha Gautama demi kebahagiaan dunia ini.
Dalam sebuah syair bahasa Pali disebutkan:
"Mahâkaruniko nâtho,
sukhâya sabbâ paninam
Puretvâ pârami sabbâ,
patto sambodhi muttamam"
"Beliau —Sang Buddha —yang penuh kasih sayang,
demi kebahagiaan semua makhluk,
Telah berjuang menyempurnakan kebajikan,
hingga tercapai penerangan Sempurna"
KEYAKINAN YANG HIDUP
MEMBAWA KITA TIDAK LARI
MENGINGKARI DIRI SENDIRI
***
Sumber:
Kumpulan "Dhammadesana", Sri Paññavaro Thera Jilid 2
peraturan PAB
STANDAR KOMPETENSI
Mata Pelajaran
PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Jakarta, Tahun 2003
Katalog dalam Terbitan
Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Buddha SMA, - Jakarta:
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003
iv, 32 hal.
ISBN 979-725-155-1
3
KATA PENGANTAR
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami
perkembangan dan perubahan secara terus menerus sebagai akumulasi
respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni dan budaya. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem
pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum.
Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang adanya standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan
serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah.
Upaya penyempurnaan kurikulum ini guna mewujudkan peningkatan mutu
dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian
kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan
berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan daerah dan sekolah.
Dokumen kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Standar
Bahan Kajian dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran yang disusun untuk
masing-masing mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan.
Dokumen ini adalah Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Buddha untuk satuan pendidikan SMA.
Dengan diterbitkan dokumen ini maka diharapkan daerah dan sekolah dapat
menggunakannya sebagai acuan dalam pengembangan perencanaan
pembelajaran di sekolah masing-masing.
Jakarta, Oktober 2003
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan
Dr. Boediono
NIP. 130344755
Direktur Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah
Dr. Ir. Indra Jati Sidi
NIP. 130672115
4
3
4
5
6
7
8
9
10
10
11
11
18
18
22
27
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
I. PENDAHULUAN .................................................................................
A. Rasional .........................................................................................
B. Pengertian Pendidikan Agama Buddha (PAB) ...............................
C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Buddha .............................
D. Ruang Lingkup .............................................................................
E Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ......................................
F. Standar Kompetensi Bahan Kajian ........................................
G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran SMA ..............................
H. Rambu-rambu ...............................................................................
II. KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN MATERI POKOK ......
Kelas X ......................................................................................................
Kelas XI .....................................................................................................
Kelas XII ....................................................................................................
5
PENDAHULUAN 1
Dewasa ini, perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
terjadi begitu cepat dan dampaknya menyentuh hampir seluruh aspek
kehidupan. Perubahan tersebut menuntut adanya paradigma baru dalam
penanganannya, termasuk pada sektor pendidikan. Di antara ragam tuntutan
perbaikan di sektor pendidikan adalah kebutuhan dilakukannya
penyempurnaan kurikulum.
Kurikulum disempurnakan bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan secara nasional. Agar lulusan pendidikan lebih memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan
internasional, kurikulum berbasis kompetensi dipilih untuk mewujudkan
harapan itu. Hal ini dilakukan agar Sistem Pendidikan Nasional dapat
merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta tuntutan desentralisasi. Dengan
cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi
program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik
siswa, serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum
yang berdiversifikasi. Selain itu, basis kompetensi harus menjamin
pertumbuhan keimanan (Saddha) dan ketakwaan (Bhakti) terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, penguasaan keterampilan hidup, akademik, dan seni,
serta pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak
mulia.
Penerapan kurikulum berbasis kompetensi sangat tepat dalam rangka
implementasi pendidikan agama yang bertujuan mencapai nilai-nilai
agama dalam kehidupan siswa pada setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi memberikan ruang yang sama pada
setiap siswa dengan keunikan yang berbeda untuk pemahaman iman
terhadap setiap agama sesuai tingkat kemampuan, serta daya pikir
masing-masing.
6
Pendidikan Agama Buddha
A. Rasional
Pendidikan agama di sekolah seharusnya memberikan warna bagi
lulusan pendidikan, khususnya dalam merespon segala tuntutan
perubahan yang ada di Indonesia. Hingga kini pendidikan agama
dipandang sebagai acuan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, tetapi dalam
kenyataannya dipandang hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian,
terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Memang tidak adil
menimpakan tanggung jawab munculnya kesenjangan antara harapan
dan kenyataan itu kepada pendidikan agama di sekolah, sebab hal itu
bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
watak dan kepribadian siswa. Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan
agama masih terdapat berbagai kelemahan. Ini mendorong dilakukannya
penyempurnaan terus-menerus, di antaranya materi pendidikan agama
yang selama ini lebih banyak terfokus pada pengayaan pengetahuan
(kognitif), sementara pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan
(psikomotorik) sangat kurang. Kendala lain adalah kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberikan motivasi
kepada siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai pendidikan agama dalam
kehidupan sehari-hari, lemahnya sumber daya guru dalam
pengembangan pendekatan dan metode pengajaran yang variatif atau
beragam, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta
rendahnya peran serta orang tua siswa dalam pelaksanaan pendidikan
agama di rumah.
Di dalam kurikulum Pendidikan Agama tahun 1975, 1984, dan 1994,
target yang harus dicapai (attainment target) dicantumkan dalam tujuan
pembelajaran umum. Hal ini kurang memberi kejelasan tentang
kemampuan siswa yang harus dikembangkan. Atas dasar teori dan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dipraktikkan di berbagai
negara seperti Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika, juga didorong
oleh arus reformasi, visi, misi, dan paradigma baru, maka penyusunan
kurikulum Pendidikan Agama perlu dilakukan dengan berbasis
kemampuan dasar (basic competencies).
Dalam implementasinya kurikulum Pendidikan Agama tahun 1994 lebih
banyak didominasi oleh pencapaian kemampuan kognitif dan sangat
7
Pendahuluan
kurang mengakomodasi keragaman kebutuhan daerah, meski secara
nasional kebutuhan keberagamaan siswa pada dasarnya tidak berbeda.
Dengan pertimbangan tersebut, perlu disusun Kurikulum dan Hasil
Belajar Pendidikan Agama (KHB PA) yang memuat perencanaan
pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara menyeluruh
dan bertahap sejak Taman Kanak-kanak sampai dengan kelas 12 (TK-
12) dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama sesuai dengan kebutuhan
daerah dan sekolah.
B. Pengertian Pendidikan Agama Buddha (PAB)
Pendidikan Agama Buddha adalah usaha sadar yang dilakukan secara
terencana dan kontinyu dalam rangka mengembangkan kemampuan
peserta didik agar dengan pemahaman terhadap Buddha Dharma yang
diperoleh dari Pendidikan Agama Buddha di sekolah dapat diterapkan
dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, sehingga memberikan
manfaat bagi dirinya sendiri, sesama dan lingkungannya. Dengan
demikian tiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Buddha memiliki keyakinan (Saddha) dan motivasi untuk
mengamalkan Buddha Dharma dalam kehidupan sebagai pribadi
maupun sebagai bagian dari komunitas masyarakat.
Wilayah kajian Pendidikan Agama Buddha salah satunya menitik
beratkan kepada segi moral (sila). Kajian moral mencakup kajian
duniawi dan keyakinan (Saddha).
Pendidikan Agama Buddha yang diberikan di semua sekolah termasuk
pada Sekolah mengacu kepada Ajaran Sakyamuni Buddha (Buddha
Gautama) yang terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka. Dengan
demikian secara singkat Pendidikan Agama Buddha di Sekolah
Menengah memiliki karakteristik pokok yaitu penguasaan
pengetahuan secara komprehensif (Pariyatti), mengamalkan hasil
yang dipelajari menjadi pedoman dalam berperilaku sehari-hari
(Patipatti), dan pada akhirnya pencapaian kebenaran Dharma
(Pativedha). Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
8
Pendidikan Agama Buddha
Agama Buddha di Sekolah Menengah Atas tidaklah hanya berorientasi
pada pelaksanaan formal belaka, tetapi lebih menekankan pada
implementasi nilai-nilai agama Buddha (Buddha Dharma) dalam
berprilaku sehari-hari.
C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Buddha
1. Fungsi
Fungsi Pendidikan Agama Buddha tingkat Sekolah Menengah Atas
adalah:
a. Membantu anak didik dalam menerima transformasi informasi
nilai-nilai Dharma sesuai Tripitaka.
b. Membantu anak didik dalam menghayati, mengamalkan, dan
mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan tingkat kemampuannya.
c. Menjadikan anak didik mampu bertanggung jawab terhadap
segala tindakan melalui pikiran, ucapan, dan badan jasmani yang
dilakukan sesuai dengan prinsip Dharma.
2. Tujuan
Tujuan Pendidikan Agama Buddha pada siswa Sekolah Menengah
Atas yaitu:
a. Meningkatnya keyakinan (Saddha) dan ketakwaan (Bhakti)
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, para Bodhisattva, dan
Mahasattva.
b. Meningkatnya pelaksanaan Moral (Sila), Meditasi (Samadhi),
dan Kebijaksanaan (Panna) sesuai dengan Buddha Dharma
(Agama Buddha).
c. Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu memahami,
menghayati, dan mengamalkan/menerapkan Dharma sesuai
dengan Ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci
Tipitaka/Tripitaka sehingga menjadi manusia yang
bertanggung jawab (sesuai dengan prinsip Dharma) dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Memahami dan meneladan sifat-sifat Buddha Gotama melalui
riwayat hidup-Nya.
9
Pendahuluan
D. Ruang Lingkup
Melalui penyajian Kurikulum PAB diharapkan siswa mampu mengalami
sutau proses transformasi nilai-nilai kehidupan berdasarkan Buddha
Dharma yang dipelajari melalui Pendidikan Agama Buddha. Hal itu
tercermin pada Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Buddha pada tingkat Sekolah
Menengah Atas adalah:
a. Melalui pengajaran yang didasarkan pada Kurikulum Pendidikan
Agama Buddha, anak didik tingkat Sekolah Menengah Atas
diharapkan menyelami proses transformasi informasi nilai-nilai
kehidupan berdasarkan Buddha Dharma sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dipelajari pada tiap tingkat kelasnya.
b. Fokus Kurikulum Pendidikan Agama Buddha adalah menyoroti
kehidupan manusia sebagai pusat kehidupannya dan Tiratana
(Buddha, Dharma, dan Sangha) sebagai teladan dan pelindung serta
menjadikan Tipitaka/Tripitaka sebagai sumber ajaran Buddha
sekaligus sebagai pedoman hidup.
c. Berdasarkan hasil yang akan dicapai pada tingkat Sekolah Menengah
Atas diharapkan dapat membimbing siswa untuk memahami nilainilai
keagamaan sesuai Buddha Dharma dan sekaligus dapat
mengekspresikan Dharma dalam perilaku kehidupan sehari-hari
sehingga siswa dapat belajar memahami, menganalisis, dan
mempraktikkannya.
d. Pada jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas
diperkenalkan komponen-komponen: (1) Sejarah, (2) keyakinan
(Saddha), (3) perilaku/moral (Sila), (4) Kitab Suci Agama Buddha
(Tipitaka/Tripitaka), (5) Samadhi meditasi (Samadhi), dan (6)
kebijaksanaan (Panna). Keenam aspek tersebut dalam penjabarannya
disesuaikan dengan kemampuan dasar yang diharapkan pada setiap
jenjang pendidikan.
e. Seluruh rangkaian Kurikulum Pendidikan Agama Buddha Sekolah
Menengah Atas adalah Pendidikan Agama Buddha yang menjadikan
pedoman bagi peserta didik.
10
Pendidikan Agama Buddha
E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk
hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai
oleh peserta didik melalui pengalaman belajar.
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi:
1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan
kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman sesuai dengan
agama yang dianutnya.
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi
dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknikteknik,
pola, struktur, dan hubungan.
4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang
diperlukan dari berbagai sumber.
5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan
teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai
untuk mengambil keputusan yang tepat.
6. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam
masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks
budaya, geografis, dan historis.
7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual
serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan
pribadi menuju masyarakat beradab.
8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi
dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri,
dan bekerja sama dengan orang lain.
F. Standar Kompetensi Bahan Kajian
Kompetensi Pendidikan Agama adalah kompetensi untuk pendidikan
agama secara keseluruhan yang terdapat pada semua mata pelajaraan
agama. Kompetensi ini dijadikan acuan dalam menjabarkan kompetensi
11
Pendahuluan
untuk mata pelajaran agama masing-masing. Kompetensi Pendidikan
Agama adalah: Siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa; berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, yang tercermin dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya; serta mampu
menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antarumat beragama.
G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Buddha adalah kemampuan yang
meliputi pengetahuan (kognitif), penghayatan (afektif), dan perubahan
sikap (psikomotorik) yang dicapai melalui proses kegiatan pembelajaran
dan pengalaman hidup sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Kompetensi Dasar pendidikan agama Buddha merupakan penjabaran
ajaran nilai-nilai Buddhis yang terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka/
Tripitaka yang berlaku untuk pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas, yaitu:
a. Siswa beriman (memiliki Saddha) dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Sang Tiratana/Triratna, para Bodhisattva dan Mahasattva.
b. Meningkatnya latihan dan pengamalan sila, samadhi, dan panna
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Buddha sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Kitab Suci Tipitaka/
Tripitaka. Dengan demikian, peserta didik diharapkan menjadi
manusia yang bertanggung jawab dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
d. Memahami dan meneladani perilaku Buddha sesuai riwayat hidup
Buddha Gotama.
H. Rambu-rambu
1. Pendekatan Pembelajaran Dan Penilaian
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendidikan Agama Buddha diterapkan melalui pendekatan
terpadu yang meliputi:
12
Pendidikan Agama Buddha
� Pendekatan pembinaan, yaitu memberikan pembinaan
keagamaan Buddha kepada siswa dalam rangka penanaman
nilai-nilai ajaran Dharma.
� Pendekatan pengamalan, yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan Buddha Dharma.
� Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk menggugah
emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati
Buddha Dharma.
� Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan
rangsangan/stimulus kepada rasio atau akal dalam
memahami dan menerima kebenaran Buddha Dharma.
� Pendekatan fungsional, yaitu usaha menyajikan nilai-nilai
Buddha Dharma dengan menempatkan segi manfaat bagi
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
� Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur Buddha,
Bodhisattva, siswa-siswa utama Buddha, guru agama dan
tokoh agama, maupun orang tua sebagai cermin manusia
yang berkepribadian sesuai Buddha Dharma.
Selain beberapa pendekatan di atas, juga dijelaskan ramburambu
sebagai berikut:
1. Kurikulum Pendidikan Agama Buddha pada dasarnya
menyajikan:
a. Kompetensi dasar merupakan uraian kognitif
(pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik
(perubahan sikap) yang dicapai melalui proses
pembelajaran dan pengalaman hidup sesuai dengan
tahap perkembangan siswa.
b. Materi pokok, merupakan sarana atau wahana untuk
mencapai/mengembangkan kompetensi dasar sebagai
bagian dari bahan kajian yang berupa bahan ajar/
pengertian konseptual.
c. Indikator pencapaian hasil belajar secara spesifik yang
dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian
kompetensi dasar.
d. Kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian
kegiatan proses yang mencakup seluruh komponen:
13
Pendahuluan
kompetensi dasar, materi pokok dan indikator
pencapaian hasil.
e. Guru diharapkan dapat menyesuaikan materi dan
kegiatan pembelajaran dengan keadaan dan kebutuhan
daerah setempat
2. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha,
Saddha, Sila, dan Samadhi diberikan perhatian khusus pada
setiap level.
3. Pokok-pokok Buddha Dharma yang dipandang perlu dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
4. Dalam PAB ranah Psikomotorik lebih diutamakan tanpa
mengabaikan ranah kognitif dan ranah afektif sehingga
penilaian terhadap hasil belajar siswa dapat dilaksanakan
dalam bentuk tes dan nontes.
5. Bila di suatu sekolah Pendidikan Agama Buddha tidak
terlaksana karena tidak adanya guru Agama Buddha, maka
pihak sekolah dapat mencari kemungkinan pelaksanaannya
bersama pembimas atau penyelenggara bimas Buddha dan
vihara setempat.
6. Sumber Pendidikan Agama Buddha adalah Kitab Suci
Tipitaka/Tripitaka, buku pegangan lain baik untuk guru
maupun untuk siswa merupakan buku referensi yang saling
melengkapi.
7. Alokasi waktu untuk pendidikan Agama Buddha adalah 2
(dua) jam per minggu. Guru diharapkan dapat menentukan
alokasi waktu untuk setiap Materi Pokok dan Kompetensi
Dasar dengan menyesuaikan dan mempertimbangkan
kondisi setempat.
b. Penilaian
Penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil dari perubahan perkembangan sikap,
perilaku, dan pengetahuan yang telah dicapai anak didik
dalam PAB.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
14
Pendidikan Agama Buddha
belajar siswa yang dilakukan secara sistematik dan
berkesinambungan dengan aspek yang dinilai sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Tujuan penilaian proses dan hasil belajar siswa adalah untuk
menentukan tingkat ketercapaian kemampuan dasar yang
diharapkan. Selain itu, penilaian juga dapat dijadikan pedoman
untuk perbaikan dan penyempurnaan Proses Belajar Mengajar
serta output pembelajaran PAB.
Penilaian hasil belajar siswa untuk PAB mencakup tiga tujuan
pembelajaran yang meliputi tiga ranah yakni; kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Melalui pendekatan dialogis partisipatif maka
hasil belajar diharapkan lebih berorientasi pada sikap,
pertumbuhan perilaku siswa ke arah yang lebih baik dan benar
menurut ajaran Buddha. Di samping itu, juga
mempertimbangkan kemampuan siswa memahami pengetahuan
agama Buddha dengan benar.
Penilaian hasil belajar PAB menurut jenjang dan satuan
pendidikan terdiri atas:
a. Pencapaian pembiasaan hidup beriman dan bertakwa
kepada Tuhan dengan berprilaku susila pada keluarga,
teman, maupun masyarakat.
b. Pencapaian kemampuan pengetahuan agama Buddha secara
baik dan benar.
c. Melalui kemajuan Dharma maka siswa tumbuh menjadi
pribadi yang bijaksana, dewasa, mandiri, kritis, dan rasional
dalam menghadapi setiap aspek kehidupannya.
2. Pengorganisasian Materi
Untuk melaksanakan kegiatan intra kurikuler terdapat berbagai cara
pengorganisasian belajar di sekolah agar siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan minat dan motivasi yang besar. Kegiatan
pengorganisasian tersebut mencakup:
1) Memeriksa keadaan kelas, Guru dalam aktivitas mengajar harus
mengenal siswa, cara pengenalannya diantaranya dengan
15
Pendahuluan
menggunakan peta kelas, mengajukan pertanyaan, menunjuk
untuk mengerjakan soal-soal di depan kelas dan lain sebagainya.
Bilamana guru telah mengenal kelas dan mampu menguasai
keadaan kelas, maka proses belajar-mengajar akan berjalan
dengan lancar. Guru harus pandai-pandai memikat hati siswa
dan membangkitkan serta memberikan motivasi besar sehingga
dapat menimbulkan suasana yang baik antara guru dengan
siswa, agar tercipta ketertiban, kemauan dan semangat belajar.
2) Memeriksa Keadaan Siswa, Pada waktu guru memasuki kelas
hendaknya berusaha memelihara ketertiban kelas,
membangkitkan semangat, motivasi dan minat belajar siswa.
Oleh karena itu, seorang guru harus melihat situasi dan kondisi
siswa ketika pertama kali masuk, apakah dalam keadaan tenang,
gaduh, ribut dan sebagainya. Selain itu guru juga harus peka
terhadap kondisi fisik siswa, misalnya untuk siswa yang kurang
dengar dan kurang awas sehingga siswa tersebut merasa terbantu
dengan tempat duduk yang disarankan guru. Jangan sekali-kali
memulai pelajaran di kala situasi belum tertib, upayakan dengan
mengendalikan siswa yang membuat suasana belajar kurang
tertib dengan cara menegur, memberikan pertanyaan dan
sebagainya.
3) Menguasai Materi yang akan disampaikan, minat dan motivasi
belajar siswa akan tumbuh bilamana guru mampu mengusai
bahan atau materi yang akan diajarkannya, mampu
menyampaikan dengan metode yang mudah dipahami oleh
siswa. Apabila materi belum dikuasai guru, maka akan timbul
suasana belajar yang tidak menyenangkan, siswa akan merasa
jenuh, bosan dan tidak mempunyai minat, sehingga kemampuan
yang hendak dicapai dalam proses belajar-mengajar tidak akan
terwujud. Dalam menyampaikan materi guru seyogyanya
melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pendahuluan - Doa Pembukaan
Pendahuluan merupakan bagian yang sangat penting dari
pembelajaran. Proses pembelajaran dimulai dengan
membaca Namaskara gatha, agar seluruh kegiatan
16
Pendidikan Agama Buddha
pembelajaran dapat terlaksana dengan tenang, damai, lancar
dan tercapainya tujuan. Pendahuluan yang baik akan
mengiringi kegiatan belajar-mengajar ke arah yang
bermakna (meaningful learning). Sebaliknya, pendahuluan
yang asal-asalan akan membuat kegiatan pembelajaran tidak
akan tercapai.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan Inti adalah kegiatan belajar-mengajar yang
dilakukan di kelas. Kegiatan ini adalah bagian pokok dari
kegiatan pembelajaran atau proses belajar-mengajar.
c. Diskusi Akhir
Pada tahap ini semua kegiatan kelompok diakhiri dengan
pemaparan hasil kerja kelompok yang dipimpin oleh guru
atau seorang siswa yang ditunjuk oleh guru. Di akhir diskusi
guru menuliskan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh
di papan tulis. Dapat juga siswa diminta untuk
menuliskannya di papan tulis. Kemudian dapat didiskusikan
penerapan-penerapan pengetahuan yang telah disimpulkan
tadi dalam kehidupan sehari-hari.
d. Doa Penutup
Pada bagian ini guru atau siswa berharap agar seluruh
kegiatan belajar-mengajar untuk diberkahi oleh Sang Tri
Ratna, dan persiapan untuk pembelajaran yang akan datang.
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan Agama di era modern perlu didukung inovasi-inovasi
baru seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi. Inovasi-inovasi baru tersebut erat kaitannya dengan
kreativitas guru dalam memahami substansi agama yang permanen
dan substansi informasi yang selalu berubah. Kedua hal tersebut
saling terkait dan guru dituntut untuk mampu menjelaskan kepada
siswa secara terpadu.
Fasilitas yang dapat mendukung ke arah itu perlu diupayakan,
misalnya penyediaan komputer yang dilengkapi dengan akses
internet, kliping artikel-artikel dari surat kabar dan majalah yang
topik-topiknya berkaitan dengan masalah agama dan kemoderenan.
17
Pendahuluan
Demikian pula fasilitas-fasilitas teknologi lain yang dapat
dipergunakan untuk keperluan serupa, antara lain; televisi, radio,
video, OHP, slide dan media lainnya sesuai dengan kondisi dan
kemampuan masing-masing sekolah.
18
KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN
MATERI POKOK 2
KELAS : X
Standar Kompetensi : 1. Mengenal Buddha Dharma sebagai salah satu
agama.
Memiliki Keyakinan yang
kuat terhadap Buddha
Dharma
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Merumuskan peranan
agama dalam
kehidupan
2. Menjelaskan keyakinan
3. Menceritakan tokohtokoh
sehubungan
dengan perkembangan
Buddha Dharma
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mendefinisikan kata
agama
� Merumuskan peranan
agama-agama
� Mengenal agamaagama
besar di
Indonesia
� Merumuskan
kerukunan hidup
umat beragama
� Merumuskan dasardasar
keyakinan umat
Buddha
� Menunjukkan sesuatu
yang diyakini umat
Buddha
� Menceritakan Buddha
sebagai Guru
Pembimbing
� Menceritakan Tokohtokoh
penerus Buddha
Dhamma
� peranan macammacam
agama dan
kerukunan umat
beragama
� Dasar-dasar keyakinan
umat Buddha
� Buddha sebagai Guru
Pembimbing dan
tokoh-tokoh penerus
19
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Memiliki keyakinan
terhadap hukum yang
mengatur alam semesta
(Niyama)
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang
Ketuhanan
2. Menyebutkan sifat-sifat
luhur (Brahma Vihara)
3. Menafsirkan hubungan
antara Tuhan dengan
manusia
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menjelaskan
Ketuhanan dalam
agama Buddha
� Menunjukkan Hukum
Tertib Kosmis yang
mengatur alam
semesta
� Mengartikan sifat-sifat
luhur
� Menunjukkan
perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan
sifat luhur
� Menunjukkan orang
yang beriman kepada
Tuhan
� Menunjukkan terlahir
sebagai manusia
merupakan berkah
termulia
� Hakekat Ketuhanan
dan Hukum Tertib
Kosmis
� Sifat-sifat luhur
(Brahma Vihara)
� Ciri orang yang
memiliki Saddha
Standar Kompetensi : 2. Mengenal makna beriman kepada Tuhan.
20
Pendidikan Agama Buddha
Standar Kompetensi : 3. Mendeskripsikan Kitab Suci sebagai pedoman
hidup.
Mengidentifikasi dan
meyakini kebenaran yang
terdapat dalam Kitab Suci
Tri Pitaka
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Mengenal Kitab Suci
Agama Buddha
2. Menceritakan sejarah
penulisan Kitab Suci Tri
Pitaka
3. Menguraikan bagianbagian
dari Kitab Suci
Tri Pitaka.
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengartikan Tri Pitaka
� Menunjukkan wujud
kitab suci Tri Pitaka
� Menceritakan sejarah
dasar- dasar
pelestarian Dharma
dan Vinaya
� Menyebutkan bagianbagian
Vinaya, Sutta
dan Abhidhamma
Pitaka
� Pengertian Tri Pitaka
� Dasar-dasar
pelestarian Dharma
dan Vinaya
� Bagian-bagian dari Tri
Pitaka
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan makna sebuah perlindungan.
Memiliki keyakinan
terhadap sifat-sifat luhur
Tri Ratna
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Mendefinisikan Tri
Ratna sebagai
perlindungan
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menunjukkan definisi
Buddha
� Menunjukkan definisi
Dharma
� Menunjukkan definisi
Sangha
� Tri Ratna
21
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
2. Menunjukkan
kebajikan Tri Ratna
3. Menunjukkan makna
berlindung kepada Tri
Ratna
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menunjukkan
kebajikan-kebajikan
Buddha
� Menunjukkan
kebajikan-kebajikan
Dharma
� Menunjukkan
kebajikan-kebajikan
Sangha
� Menunjukkan makna
berlindung kepada
Buddha
� Menunjukkan makna
berlindung kepada
Dharma
� Menunjukkan makna
berlindung kepada
Sangha
� Menunjukkan Tri
Ratna sebagai soko
Guru
� Menunjukkan syaratsyarat
menjadi umat
Buddha
� Kebajikan Tri Ratna
� Makna berlindung
kepada Tri Ratna
22
Pendidikan Agama Buddha
KELAS : XI
Standar Kompetensi : 5. Mengenal makna Puja.
Menumbuhkan kesadaran
luhur dalam
melaksanakan peringatan
hari raya
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Menunjukkan makna
Puja
2. Menceritakan sejarah
Puja
3. Menunjukkan sarana
dan prasarana puja
4. Menjelaskan puja di
hari raya agama Buddha
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Merumuskan
pengertian puja
� Merumuskan manfaat
puja
� Menceritakan sejarah
upacara
� Menceritakan sejarah
amisa puja
� Menunjukkan sarana
puja dalam agama
Buddha
� Menunjukkan
prasarana puja
� Menceritakan hari
raya Waisak
� Menceritakan hari
raya Asadha
� Menceritakan hari
raya Kathina
� Menceritakan hari
raya Magha Puja
� Puja
� Sejarah Puja
� Sarana dan prasarana
Puja
� Hari Raya Agama
Buddha
23
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Standar Kompetensi : 6. Mendeskripsikan etika moral.
Mendeskripsikan sila,
sebab terdekatnya sila,
akibat dan manfaat
melaksanakan sila
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Menjelaskan makna sila
2. Merumuskan manfaat
pelaksanaan sila dan
vinaya
3. Menguraikan
pembagian sila
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengartikan sila
� Merumuskan dasardasar
sila
� Menunjukkan sila
dalam kitab suci Tri
Pitaka
� Menunjukkan manfaat
sila bagi umat awam
� Menunjukkan manfaat
Vinaya bagi para
bhikkhu/bhikkhuni
� Menunjukkan
pembagian sila
menurut jenisnya
� Menunjukkan
pembagian sila
menurut
pelaksanaannya
� Menunjukkan
pembagian sila
menurut jumlah
latihannya
� Sila
� Manfaat pelaksanaan
sila dan vinaya
� Pembagian sila
24
Pendidikan Agama Buddha
Standar Kompetensi : 7. Mengenal Hukum-hukum alam.
Meyakini Hukum
Kesunyataan sebagai
hukum alam
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Mendefinisikan hukum
alam
2. Menguraikan bagianbagian
hukum alam
3. Menjelaskan proses
kerja hukum-hukum
alam.
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengartikan Hukum
Kesunyataan
� Menunjukkan
perbedaan hukum
Kesunyataan dan
hukum yang dibuat
oleh manusia
� Menunjukkan bagianbagian
dari hukum
kesunyataan
� Menunjukkan konsep
hukum Paticca
Samuppada
Menunjukkan konsep
hukum Cattari Ariya
Saccani
� Menunjukkan konsep
hukum Karma dan
Punarbhava
� Menunjukkan konsep
hukum Tilakkhana
� Menggambarkan
proses kerja hukum
Paticca Samuppada
� Menggambarkan
proses kerja hukum
Karma
� Menggambarkan
proses kerja hukum
Punarbhava
� Hukum Kesunyataan
� Uraian dan Konsep
Hukum Kesunyataan
� Proses kerja hukum
Kesunyataan
25
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Standar Kompetensi : 8. Mengkonstruksi sikap umat Buddha terhadap
lingkungan.
Mendeskripsikan macammacam
kewajiban timbal
balik sesuai dengan
Sigalovada Sutta
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Menjelaskan sila dalam
keluarga
2. Menjelaskan sila dalam
vihara
3. Menjelaskan sila dalam
masyarakat
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menunjukkan
kewajiban timbal balik
antara anak dengan
orangtua
� Menunjukkan
kewajiban timbal balik
antara suami dengan
istri
� Menunjukkan
kewajiban timbal balik
antara kita dengan
sanak keluarga
� Menunjukkan tata
susila memasuki
vihara
� Menunjukkan
kewajiban timbal balik
antara anggota sangha
dengan umat
� Menunjukkan
kewajiban timbal balik
kita dengan sahabat
dan kenalan
� Menunjukkan
kewajiban timbal balik
antara guru dengan
murid
� Menunjukkan kewajiban
timbal balik antara
atasan dengan bawahan
� Sila dalam keluarga
� Sila dalam vihara
� Sila dalam masyarakat
26
Pendidikan Agama Buddha
KELAS : XII
Standar Kompetensi : 9. Mengkonstruksi umat Buddha menuju manusia
seutuhnya.
Memahami keterkaitan
antara pembangunan
material dan spiritual
dengan lenyapnya
dukkha.
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
manusia seutuhnya
2. Membedakan
pelaksanaan sila secara
pasif dan aktif
3. Menjelaskan upaya
untuk menjadi manusia
susila
4. Buddha Dharma
konstekstual terkait
dengan problematika
siswa
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengartikan manusia
seutuhnya menurut
agama Buddha
� Mengartikan manusia
seutuhnya bagi umat
awam
� Menunjukkan
pelaksanaan sila secara
pasif
� Menunjukkan
pelaksanaan sila secara
aktif
� Menunjukkan upaya
untuk menjadi
manusia seutuhnya
menurut agama Buddha
� Menunjukkan upaya
untuk menjadi
manusia seutuhnya
bagi umat awam
� Menunjukkan nasib
ada di tangan sendiri
� Menganalisis tentang
rasa cemas,
menyongsong masa
depan.
� Manusia seutuhnya
menurut agama
Buddha
� Pelaksanaan sila
� Upaya menjadi
manusia seutuhnya
� Buddha Dharma
dengan problematika
siswa
27
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
Standar Kompetensi : 10. Mengenal Buddha, Arahat dan Bodhisatva
sebagai suri teladan.
Memahami cara-cara
untuk mencapai tingkat
Kebuddhaan dan Kearahatan.
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang
Buddha
2. Menjelaskan tentang
Arahat
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengartikan Buddha
� Menunjukkan macammacam
Buddha
� Menunjukkan cara
untuk mencapai
tingkat Kebuddhaan
� Mengartikan Arahat
� Menunjukkan macammacam
Arahat
� Menunjukkan cara
untuk mencapai
tingkat Kearahatan
� Macam dan sifat
Buddha
� Macam dan sifat
Arahat
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menunjukkan
pandangan Buddha
Dharma tentang
penyalah gunaan
narkotik
� Menunjukkan
pandangan Buddha
Dharma tentang aborsi
� Menunjukkan
pandangan Buddha
Dharma tentang
perkosaan
� Menunjukkan
pandangan Buddha
Dharma tentang
tawuran pelajar
28
Pendidikan Agama Buddha
Standar Kompetensi : 11. Mengenal meditasi untuk belajar mengendalikan
diri.
Mengidentifikasikan
faktor-faktor penghambat
dan penunjang meditasi.
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian
meditasi
2. Mengenal praktek
samatha bhavana
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menjelaskan arti dari
Meditasi
� Menunjukkan macammacam
meditasi
� Merumuskan manfaat
meditasi
� Menunjukkan syaratsyarat
meditasi
� Mengartikan samatha
bhavana
� Menunjukkan tujuan
samatha bhavana
� Menunjukkan macammacam
gangguan
dalam meditasi
� Menunjukkan obyek
samatha bhavana
� Menunjukkan macammacam
nivarana
� Mengartikan tentang
nimitta
� Meditasi dasar
� Samatha Bhavana
3. Menjelaskan tentang
Bodhisatva.
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengartikan
Bodhisatva
� Menunjukkan macammacam
Bodhisatva
� Menunjukkan cara
untuk mencapai
tingkat Bodhisatva
� Macam dan sifat
Bodhisatva
29
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
3. Mengenal praktek
vipassana bhavana
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menunjukkan
pengertian jhana
� Mengartikan tentang
vasita
� Mengartikan tentang
abhinna
� Mengartikan tentang
vipassana bhavana
� Menunjukkan tujuan
vipassana bhavana
� Menunjukkan obyek
vipassana bhavana
� Mengartikan tentang
satipatthana
� Menunjukkan tempat
dan waktu vipassana
bhavana
� Menunjukkan tentang
bimbingan vipassana
bhavana
� Mengartikan tentang
kalyanamitta
� Menunjukkan tentang
pedoman vipassana
bhavana
� Mengartikan tentang
tilakkhana
� Mengartikan tentang
samyojana
� Menyebutkan macammacam
ariya puggala
� Vipassana Bhavana
30
Pendidikan Agama Buddha
Standar Kompetensi : 12. Mengenal asal mula manusia dan kelanjutan
hidup manusia.
Memahami stratifikasi 31
alam kehidupan
Perwujudan KD ini
ditunjukkan dengan hasil
belajar sebagai berikut:
1. Membedakan alamalam
kehidupan dan
nibbana
2. Menguraikan alam-alam
kehidupan
3. Menafsirkan karma dan
akibatnya dalam
kehidupan berikut
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Mengenal alam
kehidupan
� Merumuskan
pengertian nibbhana
� Membandingkan alam
kehidupan dengan
nibbana
� Menunjukkan
pembagian alam
kehidupan secara garis
besar
� Menunjukkan
pembagian alam
duggati
� Menunjukkan
pembagian alam
suggati
� Menunjukkan
pembagian alam rupa
loka
� Menunjukkan
pembagian alam arupa
loka
� Menggambarkan
perbuatan yang
menyebabkan terlahir
di alam duggati
� Menggambarkan
perbuatan yang
menyebabkan
terlahir di alam
suggati
� Alam-alam kehidupan
� Pembagian alam
kehidupan
� Karma dan kelahiran
kembali
31
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
� Menggambarkan
perbuatan yang
menyebabkan terlahir
di alam rupa loka
� Menggambarkan
perbuatan yang
menyebabkan terlahir
di alam arupa loka
� Menggambarkan usia
makhluk-makhluk
hidup
Kutipan Pasal 44
Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).
Jumat, 24 Juli 2009
bedah buku
![]() | Setenang Dasar Lautan Rp. 34.000,- Harga Anda : Rp. 28.900,- |
tentang hukum karma
KAMMA
(Perbuatan)
Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:
”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala).
Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai Kamma Vipaka.
Dalam Samuddaka Sutta; Samyutta Nikaya 11.10 {S 1.227} , Guru Buddha menjelaskan cara bekerjanya kamma :
"Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari padanya".
Dua Jenis Kamma Berdasarkan Sifatnya
Ada dua jenis kamma (perbuatan) berdasarkan sifatnya, yaitu:
- Kamma Buruk/Jahat (perbuatan buruk/jahat) atau disebut dengan Akusala Kamma.
yaitu, kamma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh dosa (kebencian), lobha (keserakahan), dan moha (kebodohan batin). Contoh: membunuh, mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dan sebagainya. - Kamma Baik (perbuatan baik) atau disebut dengan Kusala Kamma.
yaitu, kamma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh adosa (ketidakbencian), alobha (ketidakserakahan), dan amoha (ketidakbodohan batin). Contoh: berdana, menolong makhluk yang kesukaran, berkata jujur, bermeditasi, dan sebagainya.
Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
- Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma. Contoh : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.
- Kamma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya. Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.
2. Upajja vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.
3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.
4. Ahosi Kamma yaitu Kamma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (kamma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga kamma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).
Empat Jenis Kamma Berdasarkan Fungsinya
1. Janaka Kamma yaitu Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).
2. Upatthambhaka Kamma yaitu Kamma yang mendukung terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul. Kamma ini membantu Janaka Kamma, yaitu :
- Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
- Membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
- Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.
3. Upapilaka Kamma yaitu Kamma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Kamma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :
- Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
- Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
- Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
4. Upaghâtaka Kamma yaitu kamma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi.
Empat Jenis Kamma Berdasarkan Sifat dari Akibat yang Dihasilkannya
1. Garuka Kamma yaitu Kamma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam kehidupan kedua, dan kekuatan kamma lain tidak mampu mencegahnya.Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:
- Akusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Sang Buddha dan memecah-belah Sangha). Akibat dari melakukan Akusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir ke alam Apaya (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura).
Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.
Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.
- Kusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir di alam Brahma.
Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma itu, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu).
2. Asanna Kamma adalah kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukan seseorang sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan bathin. Dengan batin misalnya; memikirkan, merasakan, mengingat-ingat semua perbuatan baik atau buruk yang telah dilakukan, atau memikirkan kebaikan atau kejahatan terhadap makhluk lain. Kamma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan kamma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.
Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.
3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Kamma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan. Bila seseorang belum saat ajalnya tidak berbuat sesuatu, dan dengan demikian tidak terdapat Asanna Kamma, maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya ialah Kamma Kebiasaan (Acinna Kamma) yaitu perbuatan-perbuatan yang merupakan kebiasaan seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.
Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
4. Kattata Kamma adalah Kamma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Kamma ini yang paling lemah di antara semua kamma. Kamma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum mencapai Garuka Kamma, Asanna Kamma dan Acinna Kamma, yang si pembuatnya tidak melakukan dengan cetana atau kehendak yang kuat sepenuhnya.
Pandangan-Pandangan Keliru Mengenai Kamma
1. Kamma hanya dianggap sebagai hal yang buruk saja.
Pandangan ini beranggapan bahwa kamma hanya dianggap sebagai hasil yang buruk saja yang menimpa seseorang yang telah melakukan perbuatan buruk. Pandangan keliru (miccha ditthi) ini terjadi karena adanya kerancuan antara kamma (perbuatan) dengan kamma vipaka (hasil perbuatan) dan pemahaman yang salah terhadap kamma. Padahal, kamma yang berarti perbuatan sedangkan hasilnya disebut vipaka, tidak hanya berhubungan dengan perbuatan buruk ataupun akibat buruk semata, tetapi juga perbuatan baik ataupun akibat yang baik. Kamma vipaka (hasil perbuatan) tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang buruk tetapi juga hal-hal yang baik yang dialami oleh seseorang. Contoh: seseorang gemar berdana sehingga ia dihormati oleh setiap orang. Gemar berdana adalah kamma baik dan dihormati orang lain merupakan kamma vipaka (hasil perbuatan) yang baik.
2. Kamma vipaka (hasil kamma) dianggap sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah.
Pandangan ini dikatakan keliru karena jika hal itu terjadi maka seseorang tidak akan dapat bebas dari penderitaannya. Padahal seseorang dapat mengubah apa yang sedang ia alami. Selain itu, Guru Buddha telah mengajarkan mengenai Viriya atau semangat membaja yang berguna untuk mengatasi segala kesulitan. Sebagai contoh, seseorang yang lahir dalam keluarga yang kekurangan (miskin) karena kamma kehidupan lampau yang buruk yang telah ia lakukan dikehidupan yang lalu, ia dapat mengubah kondisi yang dialaminya tersebut dengan bekerja keras sehingga ia tidak lagi hidup dalam kemiskinan.
3. Prinsip kerja hukum kamma adalah mata dibayar mata, nyawa dibayar nyawa.
Pandangan ini beranggapan bahwa kamma akan selalu menghasilkan bentuk yang sama dengan hasil perbuatan (kamma vipaka), membunuh maka akan akan dibunuh, mencuri maka akan dicuri, menipu maka akan ditipu, dan sebagainya. Pandangan ini keliru karena kamma memiliki karakter yang dinamis dan tidak lepas dari kondisi-kondisi yang ada, sehingga tidak selamanya bentuk dari hasil kamma akan sama dengan bentuk kammanya. Tetapi yang dapat dipastikan adalah sifatnya, dimana kamma yang sifat buruk pasti akan menghasilkan hal yang sifatnya juga buruk, kamma baik pasti akan menghasilkan hal yang sifatnya juga baik.
4. Kamma orang tua diwarisi oleh anaknya.
Pandangan ini beranggapan bahwa orang tua yang melakukan kamma buruk maka hasilnya (vipaka) akan di terima oleh anaknya atau keluarga lainnya. Pandangan ini keliru karena prinsip kerja kamma adalah siapa yang melakukan perbuatan maka ia akan yang menerima hasilnya. Dalam Cullakammavibhanga Sutta; Majjhima Nikaya 135 Guru Buddha bersabda : "Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi."
Dalam kasus tertentu terlihat sepertinya orang tua yang melakukan kamma buruk dan anaknya yang mengalami penderitaan. Hal ini bukan berarti kamma buruk orang tua diwarisi oleh anaknya, tetapi ini lebih berarti bahwa kamma buruk orang tua tersebut memicu kamma buruk si anak untuk berbuah. Dengan kata lain seseorang akan menerima akibat dari kammanya sendiri, tetapi kammanya dapat mempengaruhi atau mengkondisikan kamma orang lain untuk berbuah.
5. Kamma kehidupan lampau penentu segalanya yang terjadi di masa sekarang.
Pandangan ini beranggapan bahwa semua yang dialami seseorang pada masa sekarang, baik kondisi yang baik maupun buruk tidak lain merupakan hasil (vipaka) dari kamma kehidupan lampau saja. Pandangan ini keliru karena jika hal itu terjadi demikian maka seseorang hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan manjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. Hal ini telah dibabarkan oleh Guru Buddha dalam Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61 maupun dalam Sivaka Sutta; Samyutta Nikaya 36.21 {S 4.229} dan Devadaha Sutta; Majjhima Nikaya 101.
6. Kamma maupun vipaka (hasil kamma) ditentukan oleh tuhan.
Pandangan ini beranggapan bahwa semua yang diperbuat dan dialami seseorang pada masa sekarang, baik hal yang baik maupun buruk tidak lain merupakan kehendak tuhan. Pandangan ini keliru karena jika hal itu terjadi maka semua perbuatan dan semua yang dialami seseorang tidak lain hanya merupakan kehendak tuhan, sehingga seseorang tidak memiliki kehendak bebas, hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. Hal ini telah dibabarkan oleh Guru Buddha dalam Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61.
7. Kamma lampau dapat dihilangkan/dihapuskan.
Pandangan ini beranggapan bahwa kamma (perbuatan) buruk yang telah dilakukan seseorang, dapat dihilangkan/dihapuskan. Pandangan ini keliru karena kamma (perbuatan) lampau tersebut telah dilakukan dan telah terjadi sehingga tidak dapat dihapuskan. Sebagai contoh, Guru Buddha sendiri tetap menerima hasil dari kamma buruk kehidupan lampauNya berupa terlukanya kaki Beliau karena batu yang digulingkan oleh Devadatta. Jika kamma kehidupan lampau bisa dihapuskan maka Guru Buddha dengan mudah menghilangkannya dan kaki Beliau tidak akan terluka.
Kamma masa lampau tetap akan menimbulkan hasilnya seperti yang telah dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Lonaphala Sutta; Anguttara Nikaya 3.99, dengan menggunakan perumpamaan garam yang sama banyaknya, yang satu dimasukkan ke dalam air di cangkir dan dan yang lain ke dalam sungai Ganga. Garam diibaratkan sebagai kamma buruk dan air adalah kamma baik. Ketika garam dimasukan ke dalam sebuah cangkir maka rasa garam tersebut akan terasa. Sedangkan garam yang jumlahnya sama dimasukan ke dalam sungai, maka air sungai tersebut tidak akan terasa asin. Jadi kamma buruk kehidupan lampau akan memberikan hasil/dampak tetapi dengan adanya kamma baik yang banyak yang dilakukan pada masa sekarang maka dampak dari kamma buruk tersebut menjadi berkurang bahkan tidak terasa.
Lima Hukum Alam (Panca Niyama Dhamma)
Salah satu pandangan keliru mengenai hukum kamma adalah menganggap hukum kamma merupakan satu-satunya hukum yang mengatur kehidupan manusia dan menganggap hasilnya (vipaka) sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah sehingga seseorang hanya bisa pasrah menerima hasil dari kamma (kamma vipaka). Tetapi kenyataannya tidak demikian.
Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Digha Nikaya Atthakatha II-432 dijelaskan bahwa Hukum Kamma sendiri hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini, dan masing-masing merupakan hukum sendiri.
1. Utu Niyama
Hukum alam "physical inorganic" misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.
2. Bija Niyama
Hukum alam tumbuh-tumbuhan dari benih dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu dan sebagainya.
3. Kamma Niyama
Hukum alam sebab akibat, misalnya : perbuatan yang bermaksud bermanfaat (baik/membahagiakan) dan yang bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik maupun buruk.
4. Dhamma Niyama
Hukum alam terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam pada waktu seseorang Bodhisatta hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha, seperti bumi bergetar.
Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam sejenis lainnya, sebab-sebab dari keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini.
5. Citta Niyama
Hukum alam mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan batin dan sebagainya.
Telepati, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.
Pelajaran yang Diperoleh dari Hukum Kamma
Dengan mengetahui dan memahami Hukum Kamma, maka kita dapat mengambil pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Pelajaran tersebut antara lain:- Keyakinan.
Dengan mengamati dan memahami Hukum Kamma kita mengetahui bahwa hukum kamma merupakan hukum yang sangat adil. Dengan mengetahui keadilannya maka kita akan merasa yakin bahwa apa yang kita perbuat akan menghasilkan sesuai dengan sifat perbuatan kita, perbuatan baik ataupun buruk yang kita lakukan pastilah memberikan dampak, dan perbuatan yang tidak pernah kita perbuat maka tidak akan menimbulkan akibat pada diri kita. Ini membuat kita tidak merasa khawatir apa yang akan terjadi kepada diri kita. Dan dengan keyakinan ini dapat menguatkan langkah kita untuk lebih melangkah lebih dalam melakukan perbuatan yang akhirnya akan membahagiakan kita. - Kepercayaan pada diri sendiri.
Menyadari bahwa kita mewarisi kamma kita sendiri, lahir dari kamma kita sendiri, berhubungan dengan kamma kita sendiri, dilindungi oleh kamma kita sendiri, maka dengan demikian kitalah penentu ke arah mana hidup dan kehidupan kita ini akan kita bawa. Dengan demikian kita tidak perlu lagi menggantungkan seluruh kehidupan kita kepada makhluk lain karena tidak ada makhluk lain yang dapat mengendalikan dan menentukan kehidupan kita. Dan akhirnya kepercayaan terhadap kemampuan diri muncul dan bertambah. - Kemampuan.
Dengan memahami Hukum Kamma, maka kita akan memperoleh kemampuan tidak hanya untuk menentukan jalan kehidupan kita sendiri dikemudian hari, tetapi juga untuk menolong makhluk-makhluk lain. Pelaksanaan kamma baik yang kemudian berkembang akan menghilangkan rintangan-rintangan dan kejahatan-kejahatan untuk kemudian menghancurkan belenggu-belenggu yang menghalangi kita untuk dapat menyelami Kesunyataan Mutlak, Nibbana. - Kesabaran.
Memahami bahwa Hukum Kamma merupakan pelindung bagi kita jika kita hidup selaras dengan hukum kamma. Memahami bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menimpa, merugikan ataupun mencelakakan kita jika kita hidup selaras dengan hukum kamma. Dengan memahami bahwa kamma pasti akan menimbulkan akibat/hasil dalam waktu yang cepat maupun lambat, maka kita dapat belajar untuk bersabar. Ketika kita mendapatkan penderitaan kita akan bersabar dengan memahami bahwa kita sedang menuai hasil dari perbuatan buruk/jahat kita dan memahami bahwa penderitaan tersebut pasti akan berlalu. Dengan kesabaran kita akan mendapatkan ketenangan, kebahagiaan, dan keamanan. - Pengendalian diri.
Dengan memahami bahwa perbuatan buruk/jahat akan menimbulkan akibat yang buruk berupa malapetaka pada diri kita, maka kita akan berusaha berhati-hati serta mengendalikan diri di dalam melakukan perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, maupun jasmani.
Salah satu pandangan keliru mengenai hukum karma adalah menganggap hukum karma merupakan satu-satunya hukum yang mengatur kehidupan manusia dan menganggap hasilnya (vipaka) sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah, sehingga seseorang hanya bisa pasrah menerima hasil dari karma (kamma vipaka). Tetapi kenyataannya tidaklah demikian.
Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Digha Nikaya Atthakatha II-432 dijelaskan bahwa Hukum Karma sendiri hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini, masing-masing hukum alam ini memiliki sifat-sifatnya sendiri dan tidak diatur oleh suatu kekuatan sosok makhluk misterius manapun.
1. Utu Niyama ( Hukum Musim )
Hukum tertib "physical inorganic" misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas ,sifat benda seperti gas, cair dan padat, kecepatan cahaya , terbentuk dan hancurnya tata surya dan sebagainya. Semua aspek fisika dari alam diatur oleh hukum ini.
2. Bija Niyama ( Hukum Biologis )
Hukum tertib yang mengatur tumbuh-tumbuhan dari benih/biji-bijian dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu, adanya keistimewaan daripada berbagai jenis buah-buahan , hukum genetika/penurunan sifat dan sebagainya . Semua aspek Biologis makhluk hidup diatur oleh hukum ini.
3. Kamma Niyama ( Hukum Karma )
Hukum tertib yang mengatur sebab akibat dari perbuatan , misalnya : perbuatan baik / membahagiakan dan perbuatan buruk terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik dan buruk yang sesuai .
4. Dhamma Niyama ( Fenomena alam )
Hukum tertib yang mengatur terjadinya sebab-sebab terjadinya keselarasan / persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam seperti bumi bergetar pada waktu seseorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, atau pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha. Hukum gaya berat (gravitasi) , daya listrik, gerakan gelombang dan sebagainya, termasuk hukum ini.
5. Citta Niyama ( Hukum psikologis )
Hukum tertib mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan pikiran / batin ( Abhinna ), serta fenomena ekstrasensorik seperti Telepati, kewaskitaan ( Clairvoyance), kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.
Apapun yang terjadi dialam semesta ini bekerja sesuai dengan lima hukum alam tersebut diatas dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keberadaan hukum-hukum alam semesta bekerja sesuai dengan ada atau tidaknya kondisi-kondisi pendukung yang muncul. Hukum alam semesta bersifat Universal, hukum ini tidak pandang bulu, selama kondisi-kondisinya tepat maka hukum ini akan bekerja.
Contohnya api, api muncul diatur oleh hukum alam, karena ada kondisi yang mendukungnya. Api akan membakar apa saja yang bisa dibakarnya. Apabila ada anak kecil yang tidak tahu bahwa api itu panas dan membakar, lalu anak itu memasukkan tangannya ke dalam bara api, maka tangannya pasti akan terbakar. Orang yang tahu bahwa api bisa membakar, juga akan terbakar bila tangannya masuk ke dalam bara api. Orang yang tidak percaya bahwa api bisa membakar juga akan terbakar. Orang yang percaya juga akan terbakar. Orang yang memuja api tiap hari, menjadi pengikut setia api, juga akan terbakar kalau tangannya dimasukkan kedalam bara api. Tahu atau tidak tahu, percaya atau tidak percaya, dipuja atau dibenci, dimanapun , siapapun dan kapanpun selama ada kondisi pendukung yang tepat, maka api akan membakar tanpa pandang bulu.
Berdasarkan pengetahuan bahwa ada Lima hukum yang mengatur alam semesta, jelas bahwa Karma hanyalah salah satu dari beberapa penyebab yang menjadikan kita , misalnya ;
- Terlahir cantik, jelek, utuh atau cacat mungkin disebabkan oleh Turunan ( hukum Biologis / Bija niyama ), bukan semata-mata oleh perbuatan yang baik atau buruk di masa lampau.
- Cerdas atau bodoh mungkin disebabkan oleh keadaan sosial dan pengaruh orang tua ( hukum fisika dan hukum psikologik), bukan semata-mata oleh perbuatan yang baik atau buruk di masa lampau.
- Mati muda atau berumur panjang mungkin karena gabungan anatara masalah gizi ( hukum Biologis), lingkungan yang sehat ( hukum Fisika) dan mungkin pula sikap dan pandangan hidup (hukum psikologik), bukan semata-mata oleh perbuatan yang baik atau buruk di masa lampau.
Menghubungkan semua yang terjadi pada kita ( baik ataupun buruk ) sebagai semata-mata akibat dari perbuatan masa lampau, menurut Sang Buddha, berarti menutup mata pada kaidah sebab dan akibat yang telah dibenarkan oleh pengalaman kita sendiri, Beliau bersabda :
" Sehubungan dengan itu, ada penderitaan yang ditimbulkan oleh empedu, oleh lendir, dari udara, oleh kecelakaan, oleh keadaan yang tak dapat diketahui sebelumnya dan juga oleh hasil perbuatan lampau seperti diketahui dari pengalamanmu sendiri. Dan kenyataan bahwa penderitaan timbul dari berbagai penyebab telah diketahui dunia sebagai suatu kebenaran.... Oleh karenanya pertapa dan kaum Brahmin yang berkata : " Apapun kesenangan atau penderitaan atau keadaan batin yang dialami seseorang, kesemuanya disebabkan oleh perbuatan masa lampau," Maka pernyataan mereka bertentangan dengan pengalaman setiap orang yang telah diakui kebenarannya oleh dunia. Oleh karenanya, aku katakan bahwa mereka itu salah ".
( Sebab-musabab yang saling bergantungan )
Dengan timbulnya ini, maka timbulah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.
Dengan lenyapnya ini, maka lenyaplah itu. "
Sebab musabab yang saling bergantung (Paticcasamuppada) itu seringkali dibabarkan oleh Sang Buddha dan ini merupakan pokok Dharma yang penting sekali dalam Buddha Dhamma. Doktrin yang terkandung sangat dalam dan luas, sehingga tidak mungkin ditelaah secara lengkap dalam karangan yang terbatas. Tulisan ini semata?mata dibuat berdasarkan ajaran Buddha untuk menjelaskan doktrin ini dengan mengesampingkan rincian yang rumit di dalamnya. Di dalam salah satu sutta Sang Buddha bersabda:
Dalam sutta yang lain disebutkan juga:
mereka yang melihat Buddha melihat Dhamma."
Jadi paticcasamuppada ini sangat erat sekali kaitannya dengan pengertian terhadap Dharma secara utuh. Dalam Mahanidana Sutta, Bhikkhu Ananda setelah mendengarkan paticcasamuppada menyatakan kepada Sang Buddha:
" Sungguh dalam paticcasamuppada ini. Sebab musabab yang saling bergantung ini yang muncul dan padam saling terkait, dan tergantung mengkondisikan segala sesuatu ini. Sungguh dalam, sungguh halus. Tapi setelah saya melihatnya, Dhamma tersebut ternyata sangat sederhana."
Atas pernyataan Bhikkhu Ananda ini, Sang Buddha menyatakan:
" Janganlah berkata demikian Ananda, janganlah berkata demikian. Karena Paticcasamuppada ini demikian dalam, demikian halus, sulit untuk dipahami oleh mereka yang kekotoran batinnya masih tebal."
Paticcasamuppada adalah suatu ajaran yang menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua makhluk, khususnya manusia. Hukum ini menekankan suatu prinsip penting bahwa semua fenomena di alam semesta ini merupakan keadaan relatif yang terkondisi dan tidak bisa muncul dengan sendirinya tanpa kondisi-kondisi yang mendukungnya. Sebagai contoh ; kita amati sebuah lampu minyak. Api dalam lampu minyak menyala tergantung pada minyak dan sumbu. Selama ada minyak dan sumbu, maka api dalam lampu minyak bisa menyala. Dengan menganalisa dan merenungkan Paticcasamuppada inilah, Petapa Gotama akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.
Sejujurnya saja, kita ini masih banyak diliputi oleh dukkha ( penderitaan / ketidakpuasan), hal ini dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, kita masih bersusah-payah dengan bekerja keras, sebagai pedagang, pegawai, bersekolah untuk mendapatkan gelar sarjana agar memperoleh jabatan tertentu disuatu perusahaan/instansi pemerintah dan sebagainya, untuk apa semua itu ? tentu saja untuk mendapatkan uang bukan ?, setelah memiliki sejumlah uang, timbul keinginan ini dan itu......, ini pertanda bahwa kita belum terpuaskan / menderita dengan semua keinginan itu .
Menderita, apa sebabnya?
Bagi kalangan tertentu penderitaan itu disebabkan oleh ? nasib / takdir ?. Dari sisi Buddha Dhamma kita diajarkan untuk melihat bahwa segala sesuatu itu ada sebab -musababnya bukan dengan tiba-tiba / kebetulan atau takdir. Semua sebab penderitaan dalam kehidupan ini karena kita dilahirkan. Kalau sudah lahir, suatu saat kita akan mengalami sakit , tua dan mati.
Mengapa ada kelahiran?
Karena ada dorongan yang menimbulkan kekuatan kelahiran yaitu dorongan perbuatan / karma.
Mengapa ada perbuatan?
Karena ada kemelekatan untuk melakukan hal-hal tersebut atau merealisasikan apa yang kita lekati.
Mengapa ada kemelekatan?
Karena ada keinginan. Kalau ada sesuatu yang kita inginkan maka timbul satu keinginan yang kuat, hasrat rendah/nafsu. Begitu tercapai, ingin lagi, ingin lagi. Itu yang menimbulkan kemelekatan.
Mengapa timbul keinginan?
Karena ada perasaan, dari perasaan timbul keinginan terhadap sesuatu. Perasaan muncul karena adanya kontak.
Mengapa ada kontak?
Karena indera. Kita mempunyai indera karena kita mempunyai batin dan jasmani.
Mengapa ada batin dan jasmani?
Karena ada kesadaran yang membentuk batin dan jasmani, salah satunya adalah kesadaran tumimbal lahir.
Mengapa bisa muncul kesadaran yang menyebabkan tumimbal lahir itu?
Karena adanya perbuatan/karma.
Mengapa muncul kamma?
Karena akibat dari ketidaktahuan (avijja) maka kita melakukan ini dan itu. Jika diurut, sebab menimbulkan akibat, akibat mengkondisikan untuk akibat yang berikutnya, sebab akibat menjadi sumber dari sebab berikutnya, maka semuanya ada 12 mata rantai sebab-musabab (nidana)
Keduabelas mata rantai itu diuraikan demikian detil oleh Sang Buddha, sehingga Sang Buddha memahami bahwa itu adalah uraian yang sangat halus. Begitu halus dan sungguh sulit untuk menguraikan dan membabarkan paticcasamuppada, maka dibuatlah simbol-simbol atau gambar-gambar.
Sepertinya Agama Buddha itu ruwet, rumit, dan mendetil sekali. Ini faktanya, justru Sang Buddha tidak pernah menutup-nutupi. Ada sebab musabab didalamnya, tidak muncul begitu saja, bukan karena takdir/nasib tapi ada sebab-sebabnya.
Prinsip umum Paticcasamuppada adalah Dengan timbulnya ini maka timbullah itu, dengan adanya ini maka adalah itu, dengan padamnya ini maka padamlah itu, dengan tidak adanya ini maka itupun tidak ada (Samyuttanikaya II,28). Kalau empat kalimat ini berkurang satu, maka rumusan paticcasamuppada menjadi tidak lengkap dan salah. Dengan timbulnya avijja/kebodohan, maka muncullah perbuatan ini dan itu. Dengan timbulnya ini dan itu, maka muncullah kesadaran. Begitu juga untuk yang berikutnya, dengan adanya avijja, muncullah perbuatan-perbuatan. Dengan padamnya avijja, maka padamlah tindakan ini dan itu yang tak berguna. Begitu seterusnya......
" Karena ketidakmampuan mereka untuk memahami sebab-musabab yang saling bergantungan, maka orang terjerat seperti bola benang dan tidak dapat melihat kebenaran, selalu diliputi penderitaan, terlahir dalam kondisi yang sedih dan suram, dimana ada kebingungan dan penderitaan berkepanjangan. Dan mereka tidak tahu bagaimana melepaskan diri mereka sendiri untuk keluar .", demikian menurut Sang Buddha pada saat beliau berbicara kepada Ananda.
Sering saia denger tentang KARMA…
kemaren malam, ada yang cerita juga sih soal KARMA ini…jangan-jangan dia kena KARMA, ato ada pula yang takut, jangan-jangan nanti kena KARMA…
Jadi penasaran sebenernya, apa itu KARMA ..????
Pagi ini saia browsing dan menemukan banyak pemahaman mengenai KARMA..
Tidak semuanya bisa saia “kunyah” dan saia “telan”..makanan keras untuk pagi hari…ditambah ribetnya siaran dan laporan yang belum saia selesekan…
mudah-mudahan, artikel ini bermanfaat ya…
memberikan sedikit gambaran mengenai KARMA
Dari sudut pandang BUDHA
(http://www.nshi.org)
Sang Buddha bersabda : " Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buah yang akan Anda peroleh. Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku keburukan, memperoleh keburukan. Jika Anda menanamkan benih yang baik, maka Anda menikmati buah yang baik." (Samyutta Nikaya I, 227).
Misalnya orang yang sedang mengalami musibah, ia sering dikatakan sedang memetik karmanya, tetapi orang yang sedang bahagia mendapat keberuntungan tidak disebutkan sedang memetik karmanya. Demikian juga ada orang yang memiliki nurani baik tetapi hidupnya menderita dan miskin, dan ada orang yang nuraninya tidak baik tetapi hidupnya sukses dan nampak bahagia. Dalam konsep ini, secara sepintas Hukum Karma tidak adil. Namun perlu diingat bahwa kehidupan sekarang merupakan ladang dari perbuatan-perbuatan yang lampau sehingga banyak orang yang kurang memahaminya, maka timbulah pengertian yang keliru
“ Selama perbuatan jahatnya belum masak, orang yang berpandangan keliru akan merasakan manis seperti madu; tetapi apabila perbuatannya telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan” (Dhammapada: 69)
Untuk memahami kondisi bekerjanya karma sebagai suatu Hukum Sebab Akibat, kita dapat memulainya dengan mengenali adanya hukum yang bekerja di alam semesta ini. Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Dighanikaya Atthakatha II-432, dapat ditemui adanya Lima Hukum Alam [Pancaniyama Dhamma] , yaitu :
- Rtu Niyama [Utu Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan suhu, contohnya gejala timbulnya angin dan hujan, bergantinya musim, perubahan iklim, sifat panas, dan sebagainya.
- Bija Niyama, yaitu hukum sebab-akibat mengenai biji-bijian, contohnya sesawi berasal dari biji sesawi, gula berasal dari tebu, dan sebagainya.
- Karma Niyama [Kamma Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan perbuatan, contohnya perbuatan baik akan menghasilkan akibat baik, dan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk.
- Citta Niyama, yaitu hukum sebab-akibat yang berkiatan dengan hasil pikiran, misalnya proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat kesadaran, kekuatan batin, telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi, dan sebagainya.
- Dharma Niyama [Dhamma Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan gravitasi, berupa gejala alam yang menandai akan terlahirnya atau meninggalnya seorang Bodhisattva ataupun seorang Buddha.
Menurut masa berlakunya, dapat diurut sebagai berikut :
- Karma yang berlaku segera [ditthadhammavedaniya kamma]
- Karma yang berlaku sesudahnya [upapajjavedaniya kamma]
- Karma yang berlaku untuk jangka waktu tidak terbatas [aparapariyavedaniya kamma]
- Karma yang kadaluarsa [ahosi kamma]
Menurut fungsinya [kicca] karma, maka dapat digolongkan atas :
- Karma penghasil [janaka kamma]
- Karma penunjang [upatthambaka kamma]
- Karma pelemah [upapidaka kamma]
- Karma penghancur [upaghataka kamma]
Sedangkan penggolongan karma menurut urutan akibatnya [vipakadanavasena], dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Karma yang berat [garuka kamma]
- Karma menjelang kematian [asanna kamma]
- Karma kebiasaan [acinna kamma]
- Karma yang bertimbun [katatta kamma]
Beberapa perbuatan berikut akan menghasilkan karma baik:
- Selalu bersifat kedermawanan [dana]
- Menjaga moralitas yang baik [sila]
- Senantiasa melakukan meditasi [bhavana]
- Melakukan penghormatan [apacayana]
- Pengabdian yang mendalam [veyyavacca]
- Senantiasa mengirim jasa kepada makhluk yang menderita [pattidana]
- Berbahagia atas perbuatan baik dari pihak lain [anumodana]
- Mendengarkan Dharma [dhammasavana]
- Membabarkan Dharma [dhammadesana]
- Meluruskan pandangan salah [ditthijjukamma]
DARI SUDUT PANDANG ISLAM
(www.kafemuslimah.com)
Karma yang biasa digunakan adalah karma dalam konsep teologi Hindhu: kebaikan akan berbuah kebaikan, keburukan akan dibalas keburukan. Bedanya, dalam konsep Hindhu, karma menimpa hanya kepada dirinya, keluarganya, dan keturunannya. Dalam konsep Islam, tajsimu al-a'mal, amal baik maupun amal buruk, berakibat bukan saja kepada dirinya, keluarganya dan keturunannya, tetapi juga dapat menimpa warga bumi lainnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya” QS Fushshilat 8.
“Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yg besar. “QS Asy-Syura 22.
Islam tidak pernah mengenal Karma dan tidak mengajarkannya. Karma adalah sebuah peninggalan dari agama Hindu dan Budha. Dalam ajaran agama Hindu dan Budha sebelum seseorang mencapai nirwana (pengertian surga bagi mereka) maka yang berdosa harus membayar dahulu semua dosanya di dunia dengan cara diberi kesempatan kedua berupa karma. Yaitu mereka dilahirkan kembali dan katanya akan menghadapi masalah yang sama, nah katanya lagi nih, disinilah mereka diuji apakah mereka memang ingin menebus dosa atau tidak. DI Indonesia sendiri, pengertian karma ini berkembang menjadi hukuman setimpal yang akan menimpa anggota keluarga ke pelaku. Semua ini tentu saja tidak dikenal dalam ajaran Islam. Artinya, jika ada seseorang yang berbuat jahat, maka balasan atas perbuatan itu akan menimpa orang yang paling dicintai oleh pelaku di masa yang akan datang, entah itu adik atau kakaknya, anak atau cucunya. Begitu. Yang ingin saya tekankan kemudian adalah: Tidak ada karma dalam Islam.
Islam, adalah agama yang penuh dengan rahmah. Betul setiap orang pernah melakukan dosa dan bahkan punya kesalahan. Tapi, pintu untuk meminta maaf dan bertobat senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri ke arah yang lebih diridhai Allah.
“Katakanlah, Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs Az Zumar: 53)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Qs Ani Nisa:48)
“Sesungguhnya jika seorang hamba mengakui dosanya, kemudian bertaubat maka Allah menerima taubatnya.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS 17:15)
DARI SUDUT PANDANG KRISTEN
(www.agapemedia.blogspot.com – pada artikel tentang hukum karma dan hukum tabor tuai)
Dalam Alkitab kita mengenal sebuah hukum yang hampir sama dengan hukum karma, namun sebenarnya berbeda jauh. Hukum ini dinamakan hukum tabur tuai. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7). Setiap perbuatan yang ditaburkan seseorang semasa dia hidup, pada beberapa waktu kemudian dia akan menuainya, inilah yang dinamakan hukum tabur tuai. Seperti halnya seorang petani padi. Benih-benih padi yang sudah dia taburkan dalam beberapa waktu kemudian akan menguning dan siap untuk dituai. Tidak mungkin benih padi yang ditaburkan, yang dituai gandum. Alkitab banyak menuliskan mengenai hukum tabur tuai. "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam" (Kejadian 8:22). "Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliuang" (Hosea 87a). "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga" (II Korintus 9:6).
Hukum tabur tuai ini akan berakhir pada saat seseorang tersebut meninggal dunia. Segala perbuatannya, entah baik atau jahat, berhenti di sini. Sebab orang Kristen tidak mengenal adanya reinkarnasi. Yang ada adalah kebangkitan kekal.
Apa persamaan dan perbedaannya?
Persamaan Hukum Karma dan Hukum Tabur Tuai
- Ada karena dosa
- Sama-sama hukum sebab akibat
- Menabur apa yang dituai seseorang
Perbedaan Hukum Karma dan Hukum Tabur Tuai
HK: Dasarnya dari ajaran agama Hindu
HT: Dasarnya dari Alkitab
HK: Melakukan selama hidup seseorang, tapi menuainya di kehidupan mendatang
HT: Melakukan sema dia hidup dan menuai pada masa hidupnya pula
HK: Karma menentukan wujud di kehidupan mendatang
HT: Perbuatan tidak menentukan di kehidupan mendatang
HK: Keselamatan ditentukan oleh karma seseorang
HT: Keselamatan ditentukan oleh anugerah Tuhan
(www.agapemedia.blogspot.com – pada artikel tentang hukum karma dan hukum tabor tuai)
Hukum Tertib Kosmis
Ajaran Buddha tidak mengabaikan peran yang dimainkan oleh Hukum atau Proses Alam. Hukum yang mengatur alam semesta dinamakan hukum tertib kosmis. Hukum tersebut terdiri dari 5 macam, yaitu :
I.1. Hukum Fisik Anorganik/ Utu Niyama/ Physical Laws
- Fenomena musiman dari Angin dan Hujan.
- Hukum-hukum yang tepat mengenai Pergantian Musim.
- Karakteristik peristiwa dan perubahan musim.
- Sifat alamiah dari panas, dingin dll.
I.2. Hukum Biji-Bijian atau Fisik Organik/ Bija Niyama/ Biological Laws
- Padi tumbuh dari biji.
- Rasa manis dari gula tebu atau madu.
- Uniknya karakteristik dari buah tertentu.
- Teori ilmu pengetahuan tentang Sel dan Gen, serta kemiripan pada Anak Kembar mungkin dapat dijelaskan berdasarkan pada hukum ini.
I.3. Hukum Perbuatan dan Akibatnya /Kamma Niyama/ Moral Laws
- Tindakan yang sengaja ataupun tidak disengaja menghasilkan hasil yang baik dan buruk.
- Sesuai benih yang ditabur
I.4. Hukum Pikiran dan Psikis /Citta Niyama /Psychic Laws
Proses Kesadaran, Kelanjutan Kesadaran, Kekuatan Pikiran, Termasuk Telepati, Telesthesia, Mata Dewa, Telinga Dewa, Kemampuan mengingat Hal-Hal Lampau (Retro-Cognition), Kemampuan Meramal (Premonition), Kemampuan memBaca Pikiran dan Fenomena Psikis lainnya yang tidak dapat dijelaskan oleh Ilmu Pengetahuan Modern
I.5. Hukum Realita/ Dhamma Niyama/ The General Law of Cause and Effect
Gejala Alam yang terjadi pada saat kelahiran terakhir seorang Bodhisattva. Hukum Gravitasi dan hukum-hukum alam lainnya juga dimasukan dalam kelompok ini.
II. INTERDEPENSI HUKUM YANG SATU DENGAN YANG LAIN
Kelima Niyama tersebut sebenarnya Tidak Terpisahkan satu sama lain. Lima Niyama itu secara integratif menunjuk satu realitas, Beroperasi dalam satu kesatuan, Terkait dan saling bergantungan satu sama lainnya. Istilah yang diberikan untuk menunjuk keterkaitan tersebut di atas adalah Interdependensi.
Interdependensi antara Dhamma Niyama dengan Kamma Niyama terwujud dari kaitan yang erat antara gerakan benda-benda di kosmos dengan karma kolektif makhluk, misalnya ada meteor yang jatuh di suatu lokasi dan menewaskan banyak penduduk setempat. Interaksi antara kedua hal ini yang menyebabkan mengapa meteor itu jatuh di tempat tersebut dan tidak tempat lain. Selain mengapa hanya orang-orang itu saja yang tewas, sementara yang lainnya selamat.
Kini kita akan membahas interdependensi antara Bija Niyama dengan Kamma Niyama. Sebagai contoh, energi negatif yang di hasilkan dari pembantaian binatang secara terus menerus (kamma niyama) bisa mencapai titik tertentu yang mengaktivasi kan munculnya Wabah Penyakit Baru. Munculnya penyakit baru itu berasal dari kuman yang bermutasi atau bahkan kuman baru (bija niyama). Ternyata setelah orang berhasil menemukan obat bagi penyakit baru itu, muncul kuman baru yang lebih ganas.
Siklus ini tidak akan pernah berakhir selama kita masih mengkonsumsi binatang dalam skala yang luar biasa. Industri pemotongan hewan merupakan salah satu penyebab utama dari hal ini. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa banyak penyakit yang timbul sebagai akibat mengonsumsi daging berbagai jenis hewan. Wujud lain dari interdependensi tersebut adalah pengaruh karma manusia pada kualitas, jumlah spesies, proses pembuahan, dan kesuburan dari aneka flora yang tumbuh di bumi.
Contoh interdependensi antara Citta Niyama dengan Kamma Niyama adalah seorang yang melakukan pemurnian pikiran melalui sila dan samadhi akan mendapatkan kekuatan batin, bisa membaca pikiran orang lain, dan lain-lain.
Interdependensi antara satu niyama dengan niyama lainnya terjalin secara kontinu atau sinambung terus menerus dan dinamis. Sebagai contoh, dalam interdependensi Utu Niyama dengan Kamma Niyama, maka segala apa yang kita lakukan (kamma niyama) juga akan mempengaruhi iklim dunia (utu niyama) misalnya, jika energi karma negatif yang dihasilkan dari akumulasi keserakahan umat manusia telah mencapai titik tertentu, maka akan terjadi gangguan pada alam atau ekosistim yang dapat berupa: musim hujan tak datang pada waktunya; musim kering terlalu panjang, disusul dengan badai hujan yang terlalu ekstrim, dan bencana-bencana lainnya.
Bukti nyata akibat dari akumulasi kerakahan manusia, maka akan terjadi gangguan pada alam maupun ekosistim
III. Global Warning
Global Warming (Pemanasan Global) adalah fenomena dari naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Efek rumah kaca di atmosfer meningkat akibat adanya peningkatan kadar gas-gas rumah kaca, antara lain karbon dioksida, metana, ozon. Pemanasan Global atau Global Warming saat ini menjadi isu internasional.
Pemanasan Global mempunyai dampak yang sangat besar bagi dunia dan kehidupan makhluk hidup, yaitu perubahan iklim dunia dan kenaikan permukaan air laut. Kenaikan temperatur dan mencairnya es di Greenland adalah sebuah bukti tak terbantahkan bahwa bumi sedang menderita atas kenaikan suhu yang amat besar. Bila kondisi ini dibiarkan terjadi, maka inilah awal dari Bencana Global. Kondisi ini besar kemungkinan akan bersifat “Irreversible” - tak akan bisa kembali seperti semula.
Istilah Efek Rumah Kaca (Green House Effect) berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah kaca. Yang terjadi dengan rumah kaca ini, cahaya matahari menembus kaca dan dipantulkan kembali oleh benda-benda dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah.
Namun gelombang panas itu terperangkap di dalam ruangan kaca serta tidak bercampur dengan udara dingin di luarnya. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luarnya. Inilah gambaran sederhana terjadinya Efek Rumah Kaca (ERK).
Sebenarnya Gas rumah kaca tidak lah berbahaya jika tidak berlebihan, hal yang berlebihan inilah yang menyebabkan kefatalan. Gas rumah kaca yang memberikan kehangatan pada bumi sangat membantu kelangsungan hidup kita. karena kehidupan di bumi ini sangat memerlukan panas yang cukup.
Lapisan atmosfir terdiri dari, berturut-turut: troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah yang yang terpenting dalam kasus ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas.
Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa. Sisanya masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Akibat dari berbagai radiasi terjadi, kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi begitu parah. Lapisan ozon melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet Matahari. Namun, semakin membesarnya lubang ozon di kawasan kutub Bumi akhir-akhir ini sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak diantisipasi, bisa menimbulkan bencana lingkungan yang luar biasa.
IV. Etika Lingkungan
Penyebab bencana ekologis adalah karena generasi kita tidak memiliki etika masa depan. Kita yang lahir sekitar tujuh puluh hingga dua puluh tahun lalu adalah generasi beruntung. Pernah merasakan segarnya udara setiap membuka jendela di pagi hari. Juga bisa menikmati nyanyian merdu burung-burung bagai simfoni penggetar kalbu. Bila hendak mencari rambutan atau kayu bakar, misalnya, cukup berjalan kaki kurang dari setengah jam, kita pun sampai kita ke hutan lebat.
Tapi, anak-anak yang lahir sepuluh tahun belakangan menemukan dunia yang berbeda. Bagi mereka, terutama yang tinggal di kota, kicauan burung lebih mudah ditemukan di layar komputer. Memang bisa saja kalau mau mendengar langsung di hutan, tapi kini hutan sungguh jauh.
Apalagi udara segar, anak-anak kini akrab dengan udara berdebu & berbau minyak pelumas, walaupun tak disadari karena biasa. Lalu, bumi seperti apa yang dijumpai generasi duapuluh tahun ke depan? Kemungkinan jawabannya yaitu, bumi yang mengerikan !
Kenaikan suhu bumi (global warming) telah menjadi perhatian dunia sejak beberapa dekade belakangan. Industralisasi dituding sebagai penyebab utama. Salah satu akibatnya ialah mencairnya es di kutub yang berakibat naiknya permukaan laut, yang pada gilirannya menyebabkan abrasi kawasan pantai. El-Nino, Badai Katrina dan Badai Rita yang menggulung Amerika baru-baru ini diduga sebagai akibat global warming. Yang paling mudah dideteksi ialah, udara terasa semakin panas. Tahun 2005 dilaporkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah bumi. Kita yang hidup di Surabaya, belum merasakan akibat langsung pemanasan global. Tapi bukan berarti kita aman.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit), terjadi aksi saling tuding antara negara-negara peserta. Negara berkembang mengeluhkan emisi karbon pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor di negara-negara maju. Sebaliknya, negara maju menuduh negara berkembang tidak menjaga kelestarian hutannya sebagai paru-paru dunia. Apakah tudingan negara maju beralasan ?
Kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia, melainkan juga warga dunia. Direktur Eksekutif Walhi, mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sbg penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri).
Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permuka an laut bumi – termasuk laut di seputar Indonesia – terus meningkat. Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.
Upaya penyelamatan lingkungan telah banyak dilakukan, terutama kalangan LSM. Sudah terlalu banyak tinta ter tuang sejak seperempat abad ini, suara jg semakin parau. Namun langkah ini nampak terseok-seok dibandingkan tingkat kerusakan yang terus meluas. Di Prancis, gerakan sadar lingkungan dimulai tahun 60-an. Di Indonesia dan dunia ketiga lainnya relatif baru dimulai.
Masalah ini dianggap penting sehingga pemerintah membentuk Kementerian Lingkungan Hidup. Penanaman pohon, proyek kebersihan, penghargaan lingkungan, lomba kebersihan, dan sebagainya sudah dilakukan. Tapi kepentingan lain, terutama ekonomi selalu berhasil menggilas upaya penyelamatan lingkungan. Nah kini tiba-tiba dunia terkejut! Ternyata alam sudah sedemikian parahnya
Dulu, alam dan manusia hidup secara harmonis. Tapi kini, homo industrialus mengambil posisi berhadapan langsung secara diametral dengan alam, menjadi musuh tak tertaklukkan.
Kepentingan ekonomi mendorong pengusaha perkayuan menebang hutan secara membabi-buta, juga meringankan tangan pemerintah mengeluarkan izin-izin bagi eksploitasi hutan-hutan alam. Dan, setiap upaya hukum bagi para perusak lingkungan ini selalu saja berputar-putar di tempat yang sama. Padahal bumi sudah sakit, sebagaimana manusia membutuhkan dokter karena suatu penyakit, bumi juga membutuhkan “dokter” untuk alasan yang sama. Idealnya, dokter baik ialah dokter yang membantu pasien mencegah penyakit. Tapi kini lupakan itu! Dokter yang diperlukan lingkungan kita adalah yang bisa mengobati penyakit kronis stadium tertinggi.
Obat terbaik yang bisa diresepkan “dokter” lingkungan adalah mengupayakan : Lahirnya Generasi Sadar Lingkungan. Lahirnya Generasi Sadar Lingkungan karena tak mungkin berharap banyak dari generasi kini. Tumpuan harapan ialah anak-anak yang kini bermain di taman kanak-kanak, atau bayi-bayi yang belajar merangkak, bahkan janin-janin di dalam perut ibunya. Dengan terpaksa dan tega, ke pundak-pundak kecil dan masih lemah ini akan kita timpakan beban berat itu.
Mereka akan memutus mata rantai dengan masa lalu, kemudian membangun masa depannya sendiri. Walaupun terlambat, waktu memulainya adalah kini. Semakin ditunda, kita akan melakukan lebih banyak intervensi dibandingkan perlindungan terhadap alam.
Diyakini bahwa generasi baru itu akan lahir dari proses pendidikan. Pendidikan ekologi yang ditanamkan ke sistem berfikir generasi mendatang akan membentuk kesadaran tentang peran penting mereka sebagai “dokter bumi”. Pendidikan lingkungan bukanlah persoalan sederhana, sehingga cukup puas bila melatih anak-anak membuang sampah pada tempatnya.
Pendidikan lingkungan ialah penetrasi mental tentang paradigma baru yaitu “etika masa depan.” Kesadaran ini mesti hadir dalam pola pikir dan wujud dalam setiap gerak inderawi. “Anak-anak mesti mulai diajak ke semak-semak.”
Akhirnya, tanpa bermaksud memperberat pendidikan dengan muatan Ekologi harus segera bergaung. Alih-alih dikenang sebagai pewaris masalah, dengan upaya ini generasi kita masih punya satu harapan kecil, untuk diingat sebagai penabur benih manusia masa depan yang bijak lingkungan, bukan hanya generasi yang rakus pada alam.
Sebagai penutup, Grant Rosoman mengatakan, “tingkat kepunahan spesies tumbuhan dan hewan saat ini kira-kira seribu kali lebih cepat dibanding zaman sebelum bumi dihuni manusia dan diperkirakan akan mencapai sepuluh ribu kali lebih cepat tahun 2050.” Lalu kita hubungkan dengan kalimat Daoed Joesoef, “di bumi Indonesia ada banyak spesies terancam punah, bahkan ada yang sudah punah. Jika perusakan lingkungan tidak segera dihentikan, maka satu spesies menyusul punah, spesies manusia.”
Empat Kesunyataan Mulia berpusat pada Dukkha atau Penderitaan, yang mana disebabkan oleh Keserakahan, Keangkuhan dan Kebodohan. Pada masyarakat yg konsumeris, kita menjadi kewalahan dengan segala dorongan untuk pemenuhan NAFSU melebihi dari apa yang kita butuhkan. Karena konsumeris, keserakahan untuk hidup dengan mewah secara berlebihan, menjadi ancaman bagi Rumah Kita, Dunia Kita, Bumi Kita.
Di banyak negara, kemewahan men jadi acuan kemajuan ekonomi sebagai sesuatu yang di agungkan. Ajaran Buddha memilih jalan tengah, dimana kita diajarkan untuk mengkonsumsi sesuai dengan apa yg kita butuhkan, kita bisa memilih produk secara bijak & dengan mempertimbangkan dampak terhadap orang lain dan bumi kita.
Buddha mengajarkan Jalan Tengah dan Delapan Faktor Ariya menawarkan petunjuk yang lebih men dukung Kehidupan. Dengan mengikuti Majjhima Patipada dan Hasta Ariya Marga, kita dapat berpartisipasi dalam mengurangi problem Pemanasan Global, yaitu :
a. Pandangan Benar.
Mengajarkan bagaimana agar kita dapat lebih sadar, sebagaimana kita mengetahui perubahan cuaca yang terjadi dan akibat pengaruhnya terhadap kita semua?
b. Pikiran Benar
Apakah kita akan menjadi bagian dari persoalan, atau bagian dari pemecahan persoalan (jalan keluar) yang ada?
c. Perbuatan Benar
Kita semua mempunyai peranan dalam tantangan ini, Apa tantangan anda? Perubahan apa yang dapat kita perbuat?
d. Daya Upaya Benar
Tindakan apa yang paling positif untuk di lakukan, dalam keseharian dan di dalam masyarakat? Bagaimana agar kita terlibat dengan yang lain agar upaya yang dilakukan dapat berakibat lebih efektif?
e. Ucapan Benar
Bagaimana agar kita dapat menginfor-masikan dan terlibat dengan masyarakat lain agar dapat terus melangkah maju kedepan sambil membangun jembatan dari kebiasaan masa lalu menuju sebuah model baru yaitu praktek bisnis yang akrab dengan lingkungan & kehidupan.
f. Penghidupan Benar
Keteladanan dalam memenuhi kewajiban hidup sehari hari, dapat diwujudkan dengan tanggung jawab secara konsisten terhadap masa depan dengan mengedepankan Lingkungan yang Bersih dan lebih bergantung kepada enerji yang bersahabat.
g. Perhatian Benar
Bagaimana kita dapat tetap bersikap tenang, peduli dan penuh perhatian kepada yang lain didalam semua aspek kehidupan di bumi ini, meskipun kepada mereka yang tidak berwawasan masa depan yang lebih baik
h. Konsentrasi Benar
Dengan Ketenangan Batin, kita memusatkan Hati dan Pikiran, sehingga kita mendapatkan cara yang terbaik untuk menjelaskan dan bertindak terhadap masalah Pemanasan Global dan Pengaruhnya.
Shakyamuni Buddha juga mengajarkan tentang Pratitya Samutpada yaitu tentang Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan, karena itu setiap Pikiran, setiap Tindakan yang kita lakukan selalu diikuti oleh Konsekuensi. Apa yg kita lakukan hari ini mempunyai Pengaruh Terhadap Masa Depan Global kita – Setiap Pemikiran, Setiap Perbuatan, sekecil apapun, mempunyai pengaruh yang besar. Semua Tergatung kepada kita untuk memilih Pikiran dan Tindakan apa yang akan kita tempuh.
Jikalau kita dapat mengikuti aturan yang sederhana ini maka kita bisa menjadi bagian dari Kampanye Stop Pemanasan Global
Cara-cara praktis dan sederhana ‘mendinginkan’ bumi :
1. Matikan listrik.
(jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik
dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu
(debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC, tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24°C.
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam Pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluar kan emisi karbon. Gunakan kendaraan umum. (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat Penggunaan Kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say No to Plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
12 Jangan membakar sampah, terutama sampah plastik
Sebarkan berita ini kepada orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.